KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan
kepada Allah yang Maha
Esa, dimana atas rahmat dan
karunia Nya lah kami bisa
menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Model Pengembangan
Kurikulum ”, dan dapat menyelesaika nya
tanpa suatu halangan
yang berarti. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing
kita dari jalan kegelapan menuju jalan Islami.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan
dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang membantu dalam mencapai tujuan
pendidikan Nasional. Berbagai jenis dalam pengembangan kurikulum dipakai oleh
pemerintahan Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta
berbudi pekerti luhur.
Hal ini
perlu adanya kerja sama antara Pemerintah pusat, administrator, kepala kantor
wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan. Banyak
model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model
pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan
kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta
konsep pendidikan yang digunakan.
Model
pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengolaan yang sifatnya
sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam
kurikulum yang bersifat subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik,
teknologis dan rekonstruksi sosial.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana bentuk model-model pengembangan kurikulum
dalam pendidikan?
2.
Apa sajakah Jenis-jenis kurikulum dalam pendidikandan
Fungsi Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru ?
C. Tujuan
1.Untuk
menegetahui Bagaimana bentuk model-model pengembangan kurikulum dalam
pendidikan.
2. Untuk
menegetahui Apa sajakah Jenis-jenis kurikulum dalam pendidikandan Fungsi Model
Pengembangan Kurikulum Bagi Guru .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Model
adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukansuatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam
hampir setiap bentuk kegiatanpendidikan,
seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, modelsupervisi dan model lainnya. Menggunakan model
pada perkembangankurikulum dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk
satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan
atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak
mempunyai lebel kegiataanya sebagai rancangan.
Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum
yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga menyempurnakan
kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good
dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks
atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang
lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika
secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi
pada masa mendatang.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk
naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum
yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan
relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan bahwa model yang baik adalah
model yang dapat menolong sipenggguna untuk mengerti dan memahami suatu proses
yang mendasar dan menyeluruh.
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Berdasarkan
perkembangan para ahli kurikulum, dewasa ini telah banyak menyajikan
model-model pengembangan kurikulum. Dimana setiap model memiliki kekhasan
tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri
maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya. Dalam
makalah ini hanya beberapa model yang disajikan, dan guru dapat
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan. Model-model pengembangan kurikulum
dari berbagai pendapat antara lain adalah:
1.Administratif
Model adminidtratif merupakan model
pengembengan kurikulum paling lama, model ini sering disebut “garis dan
staf” atau “top down” atau “ line staff”. Munculnya model
tersebut berawal dari inisatif dan gagasan pengembangan dari para administrator
pendidikan dan menggguanakan prosedur adminitrasi. Pengembangan
model ini bersentral pada wewenag dari pemerintahan pusat.
Pemerintahan pusat melalui pejabat pendidikan yang
berwenang dalam semisal dirjen pendiikan membentuk komisi pengarah pengembangan
kurikulum. Anggota komisi pengarah pengembangan kurikulum ini terdiri
dari penjabat di bawah dirjen, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli
disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan.
Adapun tugas dari komisi pengarah kurikulum sebagai
berikut:
1. menyiapkan rumusan
falsasfah
2. merumuskan
konsep-konsep dasar
3. merumuskan landasan 6
4. merumuskan
kebijaksanaan
5. merumuskan strategi
utama
6. merencanakan
garis-garis besar kebijaksanaan
7. memberikan
garis-garis besar kebijaksanaan
8. membentuk tujuan umum
pendidikan.
Setalah komisi tersebut menyelesaikan tugas kemudian
membentuk dan mengkaji secara seksama, kemudian membentuk komisi kerja
penngembangan kurikulum. Para anggota komisi ini terdiri dari para ahli
kurikulum dan pendidikan, ahli disipiln ilmu dari perguruan tinggi, guru-guru
bidang studi yang senior. Tugas dari tim kerja pengembangan bertugas
menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional, dijabarkan dari
konsep-konsep dan kebijaksanaan dasar yangntelah digariskan oleh tim pengarah. Tugas dari tim kerja pengembangan kurikululum ini yaitu:
1.merumuskan tujuan-tujuan
yang lebih operasional dari tujuan umum
2.memilih
dan menyusun sekeuens bahan pelajaran
3.strategi
pengajaran dan evaluasi
4.serta
menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru.
Setelah semua tugas dari tim kerja pengembang
kurikulum, hasil kerja dari komisi ini kemudian dikaji oleh tim pengarah serta
para ahli yang kompeten atau penjabat yang kompeten. Selanjutnya diadakan
pengakajian tahap selajutnya adalah uji coba. Pelaksanaan uji coba rancangan
kurikulum tersebut adalah sebuah komisi yang ditunjuk panitia pengarah yang
anggotanya sebagaian besar terdiri dari kepala sekolah. Setelah penelitian uji
coba, komisi pengarah menelaah atau mengevaluasi sekali lagi rancangan
kurikulum tersebut baru kemudian memutuskan pelaksanaanya. Apabila sudah
diputuskan untuk memakai pengambangan kurikulum maka komisi pengarah
pengembangan akan memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum
tersebut.
Pengembangan kurikulim model adminitratif
tersebut menekankan kegiatannya pada orang-orang terlibat pada yang terlibat
sesuai denagan tugas dan fungsinya masing-masing. Berhubung pengembangan
kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan
pada Negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara dengan kemampuan
tenaga pengajaranya masih rendah. Kelemahan-kelemahan
model ini sebagi berikut :
a.
kurang pekanya terhadap adanya perubahan
masyarakat, di samping juga karena kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara
nasional sehingga kadang-kadang melupakan atau mengambaikan adanya kebutuhan
dan kekhususan yang ada pada tiap daerah
b.
pada prinsipnya pengembangan kurikulum
dengan model ini bersifat tidak demokratis, karena prakarsa, inisiatif dan
arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan
berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas;
c.
pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang
efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum
tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui
manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian .
d.
kelemahan utama dari model administratif adalah
diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang mengubah kurikulum lama
menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase
sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan
dokumen kurikulum tersebut.
2.Model
Grass Roots (dari bawah)
Jika pada pemgembangan model administratif kegiatan
pengembangan kurikulum berasal dari atas, model ini
inisatif justru berasal dari bawah, yaitu dari para penganjar yang merupakan
para pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model pengembangan kurikulum administratif
bersifat sentralisasi, sedangakan model grass roots akan berkembang pada sistem
pendidikan yang bersifat desentralisasi. Model ini mendasarkan diri pada
anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para
pelaksanaanya di sekolah sudah diikutsertakan sejak mula pengembangan kurikulum
itu.
Dalam model pengmbangan yang bersifat grass
roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah
mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini
dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu bidang studi atau
beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen
kurikulum. Pengembangan model grass roots ini juga menuntut adanya kerja antara
guru antara sekolah secara baik, di samping juga harus ada juga kerja sama
dengan pihak di luar sekolah khususnya orang tua dan mayarakat.
Pada pelaksanaanya, para administrator cukup
memberikan bimbingan dan dorangan kepada staf pengajar. Setelah menyelesaikan
tahap tertentu, bisanya diadakan lokakarya untuk membahas hasil yang telah
dicapai dan sebaliknya merencanakan kegiatan yang akan dilakuakan selanjutnya.
Pengikut lokakarya di samping para pengajar dan kepala sekolah juga melibatkan
orang tua dan anggota masyarakat lainya, serta para konsultan dan para
narasumber yang lain.
Apabila
kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru,
fasilitasnya biaya maupun kemampuan bahan-bahan kepustakaan, pengembangan model
grass roots akan dilaksanakan lebih baik. Orientasi yang demokratis dari
rekayasa Model Grass Roots bertanggung jawab membangkitkan apa yang menjadi dua
aksioma kemantapan sebuah kurikulum :
a.
bahwa sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara
berhasil apabila guru-guru dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan
(konstruksi) dan pengembangannya
b.
bukan hanya para professional, tetapi murid, orang
tua, anggota masyarakat lain harus dimasukkan dalam proses pengembangan
kurikulum.
Hal ini didasarkan pada atas pertimbangan bahwa guru adalah peracana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di sekolah. Dialah yang paling
tahu kebutuhannya di kelas , oleh karena itu dialah yang paling kompeten
menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip
pengemnbangan kurikulum yang dikemukakan oleh Smith, Stenley dan Shores
dalam Nana Syaodih Sukmadinata (1999: 163):
a. The curriculum will improve only as
the professional competence of teacher improves.
b. The competence of teacher will be
improved only as the teacher become involved personally in the problems of
curriculum revision
c. If teacher share in shaping the goals to be
attained, in selecting, definding, and sloving the problems tobe encountered ,
and in judging, and evaluating the rusults, their involvement will be most
nearly assured.
d. As people meet in face-to-face groups, the
will be able to understand one another better and to reach a consensus on
basic principles, goals and plans.
Guru adalah sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum
yang efektif, digambarkan pada (4) prinsip yang menjadi dasar Model Grass
Roots, yaitu:
a.
kurikulum akan baik apabila kemampuan
profesioanl guru baik
b.
kompetensi guru akan membaik apabila guru
terlibat secara pribadi dalam masalah masalah peibaikan (revisi) kurikulum
c.
jika
guru urun rembug dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam memilih,
mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan dan
menilai hasil maka keterlibataimya paling terjamin
d.
karena orang bertemu dalam kelompok, tatap muka,
mereka akan dapat memahami satu sama lain lebih baik dan untuk mencapai suatu
konsensus berdasarkan prinsip-prinsip dasar, tujuan-tujuan dan rencana-rencana
Secara singkat diagram kerja pengembangan model grass
roots sebagai berikut:
Pengembangan kurikulum yang bersifat
grass roots, mungking hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah
tertentu, tetapi munngking pula dapat digunakan untuk bidang studi
sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi sekolsh atau
daerah lain. Keuntungan dari model ini adalah proses pengambilan
keputusan terletak pada pelaksana, mengikutsertakan pihak bawah khussnya para
staff mengajar dan memungking terjadinya kompetensi di dalam meningkatkan mutu
dan sistem pendidikan, yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang
lebih mandiri dan kreatif.
3. Beuchamp
Sesuai dengan namanya, model
ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamp (1964) , yaitu mengemukan ada lima
langkah penting dalam pengembilan keputusan pengembangan kurikulum.
Menurut Beauchamp untuk nierancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima
(5) langkah. Langkah Pertama, Pejabat pemerintah yang berwenang dalam
pengembangan kurikulum harus menentukan lebih dahulu lokasi atau wilayah yang
akan dijadikan pilot proyek untuk pengembangan kurikulum. Pemilahan lokasi atau
wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah
direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau
nasional, maka wilayah atau lokasi yang akan dijadikan pilot proyek adalah
propinsi, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro maka kabupaten dapat
dijadikan lokasi pilot proyek.
Langkah Kedua,
Setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot proyek sudah ditetapkan,
maka langkah berikutnya adalah menentukan personalia yang akan ikut terlibat di
dalam pengembangan kurikulum. Beauchamp melibatkan orang-orang dari staf ahli
kurikulum, pakar kurikulum dari perguruan tinggi dan guru-guru sekolah yang
telah dipilih, pakar pendidikan, masyarakat yang dihimpun dari berbagai
kalangan yaitu dari pengarang atau penulis, penerbit, politikus, pejabat
pemerintah, pengusaha dan industriawan.
Langkah Ketiga,
Bila personalia sudah disusun dengan baik maka langkah berikutnya adalah
pengorganisasian person-person tersebut dalam lima (5) tim yang terdiri dari :
a. tim pengembang kurikulum
b. tim peneliti kurikulum yang sedang
dipakai atau sedang dipergunakan
c. tim untuk mempelajari kemungkinan penyusunan
kurikulum bam
d. tim perumus untuk kriteria-kriteria kurikulum
yang akan disusun.
e. tim penyusun dan penulis kurikulum
baru
Sedangkan prosedur kerja yang akan dilalui
adalah sebagai berikut :
1.
merumuskan
tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus
2.
memilih atau menseleksi materi
3.
menentukan pengalaman belajar
4.
menentukan
kegiatan dan evaluasi
5.
menentukan
desain
Langkah Keempat,
Pada langkah ini ditentukan implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum
mempakan pekerjaan yng cukup rumit karena membutuhkan kesiapan dalam banyak
hal, seperti guru sebagai pelaksana kurikulum dikelas, fasilitas, siswa, dana,
manajerial pimpinan sekolah atau administrator sekolah.
Langkah Kelima,
Setelah semua kebutuhan untuk kepentingan pelaksanaan atau implementasi
terpenuhi dan sudah dapat dilaksanakan, maka langkah berikutnya yang merupakan
langkah terakhir dari pengembangan kurikulum model beauchamp adalah
mengevaluasi kurikulum.
Beauchamp mengemukakan hal-hal yang harus dievaluasi,
yaitu :
a.
Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru
b.
Evaluasi terhadap desain kurikulum
c.
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa
d.
Evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum
Pengembangan kurikulum model Beauchamps
memandang pengembangan kurikulum tersebut dalam prosesnya secara menyeluruh.
Keuntangan model ini adalah adanya penegasan areana yang kiranya akan
mempermudah dan memperjelas ruang lingkup kegiatan. Kelemahan seperti halnya
model administratif, adlah kurang pekanya terhadap perubahan masyarakat dan
kurang memperhatikan keadaaan daerah yang antara satu dengan lainnya
menuntutnya ada kekhususan-kekhususan tertentu.
5. Inverted Model Taba
Pada beberapa buku karya Hilda Taba yang paling terkenal
dan besar pengaruhnya adalah Curriculum Development: Theory and Pratice (1962).
Dalam buku ini, Hilda Taba mengungkapkan pendekatanya
untuk proses pengembangan kurikulum. Dalam pekerjaanya itu, Taba
mengindetifasikan model dasar Tayler agar lebih representatif terhadap
pengembangan kurikulum di berbagai sekolah. Model pengembangan kurikulum ini
oleh Hilda Tiba ini berbeda dengan lazimnya yang banyak diitempuh secara yang
bersifat dekduktif karena caranya induktif. Oleh Karena itu sring disebut “Model
Terbalik” atau “Inverted Model” .
Pengembangan kurikulum model ini diawali
dengan melakukan percobaan, penyusunan teori, dan kemudian baru ditetapkan. Hal
itu diharapkan dimaksudkan untuk lebih mempertemukan antara teori dan
pratik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan yang terjadi
dalam kurikulum yang dilakukan tanpa kegiatan percobaan.
Dalam pendekatanya, Taba menganjurkanuntuk
lebih mempunyai informasi tentang masukan (input) pada proses setiap langkah
proses kurikulum, secara khusus, Taba mengajurkan untuk menggunakan
pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu
pelajar (psikologis kurikulum). Untuk memperkuat pendapatanya, Taba mengkalim
bahwa semua kurikulum disusun dari elemen-elemen dasar. Suatu kurikulum bisanya
berisi seleksi dan organisasi isi; itu merupakan manisfetasi atau implikasi
dari bentuk-bentuk (patterns) belajar dan mengajar. Kemudian, suatu program
evaluasi dari hasil pun akan dialakukan.
Perekayasaan kurikulum secara tradisional
dilakukan oleh suatu panitia yang dipilih. Panitia ini bertugas :
a.
mempelajari daerah-daerah fundasional dan
mengembangkan rumusan kesepakatan fundasional
b.
merumuskan desain kurikulum secara menyeluruh
berdasarkan kesepakatan yang telah dirumuskan
c.
mengkonstruksi unit-unit kurikulum sesuai
dengan kerangka desain
d.
melaksanakan kurikulum pada tingkat atas.
Taba percaya
bahwa esensial proses deduktif ini cendemng untuk mengurangi
kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif, sebab membatasi kemungkinan
mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Taba menyatakan bahwa :
1.
bila perubahan nilai dari mendesain ulang kerangka
yang menyeluruh maka sebelumnya harus
ditetapkan lebih dahulu suatu pola yang akan dipelajari dan diuji.
2.
panitia penyusunan kurikulum yang tradisional itu
dapat menduduld rencana-rencana kurikulum yang bermanfaat, bagian dari desain
itu sendiri hanya atas dasar logika bukan empiric
3.
karena mereka tidak melakukan pengujian secara
empirik, kurikulum yang dihasilkan cenderung merupakan skema / sket bagan yang
sangat umum dan abstrak dan sedikit membantu untuk melaksanakan praktek
instruksional
Ketiga
masalah tersebut menunjukkan efesiensi perekayasaan kurikulum yang tradisional
dan kesenjangan antara teori dan praktek. Suatu contoh adanya disfungsi dalam teori
praktek terdapat pada core kurikulum yang dirancang untuk mengajukan (1)
Integrasi isi / materi, (2) Hubungan dengan kebutuhan siswa-Jalannya praktek
core tersebut umumnya hanya merupakan reorganisasi administratif, block of time
mata ajaran-mata ajaran yang terpisah-pisali, dan dimana masalah-masalah
kehidupan terisolasi dari materi (content) yang valid. Bentuk core yang
dilaksanakan berdasarkan rekayasa deduktif menghasilkan pemisahan teori dan
praktek
Taba
mengajukan pandangan yang berlawanan dengan urutan tradisional dengan
mengembangkan inverted model, yakni : langkah awal dimulai dari perencanaan
unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan diawali aengan
desain kerangka (framework) yang umum. Urut-unit tersebut diuji / dilaksanakan
dalam kelas, yang ada pada gilirannya digunakan sebagai dasar empirik untuk
menentukan desain yang menyeluruh (overall design). Keuntungan digunakannya
inverted sequence ini ialah :
a.
membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori
dan praktek karena produksi unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik
dan pengalaman praktis.
b.
kurikulum yang
terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru lebih
mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan
dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh umtan tradisional
c.
kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan
unit-unit belajar-mengajar lebih berpengaruh terhadap praktek kelas
dibandingkan dengan kurikulum yang ada
Langkah-langkah
pengembangan kurikulum Hilda Taba (1962) mengemukakan perekayasaan kurikulum
terdiri atas 5 langkah berurutan, ialah :
a.
Langkah Pertama, Experimental Production of Pilot Units.
Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment
sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk
itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2)
Eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji
landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming
unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya. Unit
eksperimen ini dirancang melalui delapan kegiatan sebagai berikut :
1) Diagnosing needs.
Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah,
kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutnhan siswa dalam suatu proses
pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan
direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut
difungsikan
2) Formulating Specific Objectives
Formulasi tujuan-tujuan khusus, sebagai penjabaran
dari tujuan umum yang dimmuskan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah
diidentifikasi yang menjadi titik berat pada teaching leaming unit. Namun
demikian tidak semua tujuan khusus tersebut dapat tercapai oleh masing-masing
imit.
3) Selecting Content
Pemilihan
isi (materi) berdasarkan kesepadanan dengan tujuan khusus, dan harus
mempertimbangkan tingkat validitas dan signifikannya. Karena itu periu
dilakukan seleksi terhadap tingkatan isi (materi) yang meliputi pemilihan topik
utama, pemilihan ide-ide dasar dan pemilihan materi khusus.
4) Organizing Content.
Pengorganisasian materi dilakukan berdasarkan tingkat
kemampuan awal serta minat siswa. Pengorganisasian isi disusun dari konkrit
keabstrak dan dari mudah ke sulit.
5) Selecting Learning Experiences (Avtivities).
Pengalaman
belajar disusun dengan maksud terjadi interaksi antara siswa dan materi
pelajaran. Karena setiap materi memiliki beberapa fungsi tertentu.
6) Organizing Leaming Experiences Avtivities
Pengalaman
belajar siswa disusun dan diorganisasikan dengan sekuensi dan organisasi materi
(content). Kegiatan belajar siswa diarahkan dari induktif kegeneralisasi dan
abstraksi serta difokuskan pada pengembangan ide-ide utama, langkah-langkah
perolehan konsep dan prilaku yang baik.
7) Evaluating.
Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan unit oleh siswa. Hasil
evaluasi berguna untuk menentukan tujuan, diagnosis kesulitan belajar, serta
penilaian dalam rangka pengembangan dan revisi kurikulum.
8)Checking for Balance and Seguence
Setelah
garis besar teaching leaming dirancang lengkap, selanjutnya perlu dicek
konsistensi antara semua bagian yang berkenaan dengan keseimbangan dan urutan
topik-topik yang telah tersusun atau unsur-unsur dalam unit tersebut
b. Langkah Kedua, Testing of
Experimental Units
Teaching-leaming units yang dihasilkan pada langkah
pertama perlu diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan
kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan
keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang berbeda-beda gaya mengajar dan kemampuan
melaksanakan pengajaran unit. Hasil uji coba menjadi masukan bagi penyempumaan
draft kurikulum.
c. Langkah Ketiga, Revising
dan Consolidating
Revisi dan penyempumaan draft teaching leammg units
dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah
pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi)
tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh
koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching
leaming units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka
unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
d.Langkah Keempat Developing a
Framework
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum dilakukan
guna menjamin :
1)
Apakah ide-ide dan konsep-konsep dasar yang digunakan
telah terakomodasi? Apakah lingkup isi telah memadai?
2)
Apakah isi telah tersusun berurutan secara logis?
3)
Apakah aktivitas pembelajarannya memberikan peluang
untuk pengembangan keterampilan mtelektual dan pemahaman emosi secara
kumulatif.
Pengembangan
ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya.
Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk
diimplementasikan dan diidentifikasikan.
e. Langkah Keempat,
Instalation and Desimination of The New Unit
Instalasi
dan desiminasi adalah peresmian dan penyebarluasan kurikulum hasil
pengembangan, sebagai sub sistem pada sistem sekolah secara menyeluruh.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan
kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum.
Pada tahap
ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar
untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang
memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya
perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Fungsi Model
Pengembangan Kurikulum Bagi Guru
Menurut pendapat Oemar Hamalik
Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah peubahan-perubahan yang diinginkan dan
menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Sedangkan kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah
direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan
lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa
semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya
adalah ”kurikulum itu sendiri”.
Oleh karena itu dalam memahami
pengembangan kurikulum dengan lebih baik lagi guru dapat terlebih dahulu
mempelajari model-model pengembangan kurikulum agar lebih mudah mempelajari
bagaimana cara mengembangkan kurikulum tersebut. Menurut Nadler model yang baik
adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami suatu
proses secara mendasar dan menyuluruh.
Hal ini berarti model pengembangan
kurikulum yang baik adalah model yang dapat membantu para pengembang kurikulum
dalam mengembangkan kurikulum dilapangan. Berkenaan dengan model-model
pengembangan kurikulum, maka fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru
adalah:
a. Sebagai pedoman bagi guru untuk
memilih model pengembangan yang sesuai dengan pelaksanaan pengembangan
kurikulum di lapangan.
b. Sebagai bahan pengetahuan untuk
melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta dari mulai perencanaan
sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin selama ini guru hanya mengetahui
bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap saji., padahal melalui proses
yang panjang sesuai dengan model mana yang dipilih oleh pengembang kurikulum
atau pengambil kebijaksanaan.
c. Sebagai bahan untuk menyusun
kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, karakteristik, dan sesuai dengan
pengalaman belajar yang diharapkan atau dibutuhkan oleh siswa.
d. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang
merupakan bagian tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam
kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan
kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum.
2. Pada saat
ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan
kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan
masing-masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada yang
menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan
isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum.
3. Pemilihan
suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan
model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan.
4.
Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus
berkembang sesuai dengan kebutuhan.
B. SARAN
Dari uraian
yang kami sajikan di atas kemungkinan besar masih terdapat banyak kekeliruan,
Nmun dalam hal ini kami belajar untuk memperbaiki diri dalam proses belajar.
Dan apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf, dan kami angat berharap
agar Pembina mengoreksi dengan baik, agar menjadi perbaikan yang sifatnya positif
dan membangun bagi kami.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.
Hamalik, Oemar. (2008). Manajemen
Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.
Henson, K.T. (1995). Curriculum
Development for Education Reform. New York: Longman.
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum
dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana.
Sukmadinata, N.S. (2009). Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.
Print, Murray. (1993). Curriculum
Development and Design. Sydney: Allen & Unwin.
Oliva, Peter. (1992). Developing Curriculum. New York: Harper & Publishers.
Oliva, Peter. (1992). Developing Curriculum. New York: Harper & Publishers.
Abdulah Idi. 2007. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Pratik. Ar RUZZ: Jogjakarta
Burhan Nurgiyantoro. 1988. Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum Sekolah (Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan).
BPFE : Jogajakarta
Nana Syodih Sukmadinata. Pengembangan
Kurikulum Teori Dan Pratek. Remaja Rosdakarya: Bandung
Oliva, Petter F. 1982. Developing
The Curriculum. Little, Brown and Company: Boston.
Sri Rahayu Chandrawati. 2009. Model-Model
Pengembangan Kurikulum Dan Fungsinya
Recti Angralia. 2011. Model
Pengembangan Kurikulum .
Sumber :http://meldasyahputri.blogspot.co.id/2015/06/makalah-lengkap-model-model.html